Powered By Blogger

Minggu, 23 Maret 2014

Teori Perkembangan Kognitif Dan Bahasa Vygotsky

Teori Vygotsky

vygotsky.gif

Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak tidak berkembang dalam suatu situasi social yang hampa. Lev Vygotsky (1896-1934), seorang psikolog berkebangsaan Rusia mengenal poin penting tentang pikiran anak ini lebih dari setengah abad yang lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20
Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis UnI Soviet selama 1920-an dan 1930-an. Namun karyanya baru dipublikasikan di Dunia Barat pada tahun 1960-an. Sejak saat itulah tulisan-tulisannya menjadi sangat berpengaruh. Vygotsky adalah pengagum Piaget. Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran realist batinnya sendiri.
Inilah klaim dasar Vygotsky yang mengajukan gagasan unik dan kuat tentang hubungan antara pembelajaran dan perkembangan. Ide ini secara khusus merefleksikan padangannya bahwa  fungsi kogntif  berasal dari situasi social. Salah satu ide uniknya adalah konsep tentang Zone of Proximal Development, Scaffolding, dan bahasa & pemikiran.

Zone of Proximal Development

Zone of Proximal Development ialah istilah Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai oleh anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau pun anak yang lebih mampu untuk melakukannya. Zone of Proximal Development merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana seorang anak dapat melakukan seuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau dapat berkerjasama dengan teman sebayanya yang dapat melakukan hal yang dimaksud. Jadi batas bawah dari Zone of Proximal Development adalah tingkat probem yang dapat dipecahkan oleh anak itu sendiri. Sedangkan batas atas dari Zone of Proximal Development ialah berupa tingkat tanggung jawab atau tugas tambahan yang dapat diterima anak itu dengan bantuan dari orang lain yang mampu.
Contoh dalam kehidupan saya ialah ketika dalam masa kanak-kanak tepatnya di Taman Kanak-kanak “TK’. Saya sempat kesulitan dalam menentukan bentuk-bentuk balok kayu kecil yang ada diatas meja bermain. Saya tidak tau mana yang berbentuk kotak, persegi, bulat, lonjong, segitiga, segilima dan sebagainya, sampai ketika ibu guru di taman kanak-kanak tersebut mengajari saya tentang bentuk-bentuk yang ada di atas meja bermain tersebut. Hari demi hari ibu guru tersebut mengajari saya tentang bentuk dan teman-teman sebaya saya yang telah lebih dulu tau tentang bentuk juga mengajari saya sehingga akhirnya saya pun tau.

Scaffolding

            Scaffolding erat kaitannya dengan gagasan Zone of Proximal Development. Scaffolding ialah sebuah teknik untuk mengubah level dukungan. Selama sesi pengajaran, orang yang lebih ahli seperti guru atau murid yang ahli menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan level krinerja murid yang telah dicapai. Ketika tugas yang akan dipelajari oleh si murid berupa tugas yang baru maka orang yang lebih ahli dapat menggunakan teknik instruksi langsung. Saat kemampuan murid meningkat maka semakin sedikit bimbingan atau instruksi yang diberikan.
Contoh dalam kehidupan saya ialah ketika saya pada saat itu sudah bisa menyusun mainan saya dan meletakkannya di kotak mainan. Dan pada saat itu saya disuruh meletakkan pakaian kakak saya ke kamarnya, tetapi saya tidak tau dimana tempat melatakkannya. Dan ibu saya pun memberi instruksi dari luar kamar dan mengatakan letakkan pakaian itu di kotak yang tersusun baju dan saya pun meletakkannya di tempat yang seharusnya.

Bahasa dan Pemikiran

Vygotsky beranggapan bahwa anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk komunikasi social tetapi juga untuk merencanakan, memonitor perilaku mereka dengan cara mereka sendiri. Penggunaan bahasa untuk mengatur diri sendiri ini dinamakan pembicaraan batin “Inner Speech” atau pembicaraan privat “private speech”. Bahasa dan pikiran pada mulanya berkembang sendiri-sendiri lalu kemudian bergabung. Semua fungsi mental punya asal usul eksternal atau social. Anak-anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka bisa focus ke dalam pemikiran mereka sendiri. Anak-anak juga harus berkomunikasi ke luar dan menggunakan bahasa selama periode yang agak lama sebelum transisi dari pembicaraaan eksternal ke pembicaraan batin “internal” terjadi. Periode transisi ini terjadi antara usia tiga hingga tujuh tahun dan mereka kadang bicara dengan diri sendiri. Setelah beberapa waktu, kegiatan bicara dengan diri sendiri ini mulai jarang dan mereka bisa melakukannya tanpa harus diucapkan. Ketika ini terjadi, anak telah menginternalisasikan pembicaraan egosentris mereka dalam bentuk inner speech, dan pembicaraan batin ini lalu menjadi pemikiran mereka. Anak-anak yang banyak menggunakan private speech akan lebih kompeten secara social ketimbang mereka yang tidak. Dia berpendapat bahwa private speech merepresentasikan transisi awal untuk menjadi lebih komunikatif secara social.
Contoh dalam kehidupan saya ketika masih berbicara tidak jelas dan susah dipahami oleh orang dewasa, berbicara seperti bergumam tapi memiliki maksud tertentu seperti ingin makan minum dan sebagainya. Pada seumur itu saya juga berbicara sendiri dengan bahasa saya dan hanya saya yang mengerti bahasa itu.


Kelompok 2
·         Muhammad Farouq Nasution             NIM: 12-059
Teori Bronfenbrenner

·         Renita Napitupulu                               NIM: 13-115
Teori Vygotsky

·         Juliani  Sapitri Hasibuan                      NIM: 13-025
Teori Vygotsky

·         Khairunnisa Azhari                             NIM: 13-007
Teori Bronfenbrenner

Rabu, 12 Maret 2014

"Belajar" Dihafal atau Dipahami ?


"Belajar" Dihafal atau Dipahami ? 

         Belajar ialah sebuah perubahan dalam diri yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau pun latihan yang telah diperkuat. Belajar merupakan akibat dari adanya sebuah stimulus yang menghasilkan respon tertentu. Ketika kita telah belajar maka kita akan menunjukkan perubahan perilaku. Dalam sebuah proses belajar mengajar di sekolah stimulus berasal dari guru berupa apa saja yang ia sampaikan pada muridnya, sedangkan respon berasal dari murid berupa reaksi atau tanggapan dari stimulus yang diberi oleh guru tersebut. Kita tidak dapat mengamati dan mengukur proses yang terjadi antara stimulus dan respon, tetapi kita dapat mengamati stimulus dan respon. Maka dari itu stimulus yang diberikan oleh guru dan respon yang diterima oleh murid harus dapat kita amati dan ukur.
         Ada empat tahapan belajar manusia, yaitu:
1.Inkompetensi bawah sadar
        Tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Kondisi disaat kita mengetahui kalau ternyata kita tidak tahu. Orang-orang yang berada dalam keadaan ini kemungkinan besar akan mengambil resiko, memapar diri pada bahaya atau kerugian untuk alasan sederhana yang sama sekali tidak mereka sadari bahwa itulah yang mereka lakukan.

2.Inkompetensi sadar
        Tidak tahu bahwa ia tahu. Pengakuan sadar pada diri sendiri bahwa kita tidak tahu bahwa kita tidak tahu apa yang dapat kita lakukan, dan penerimaan penuh atas kebodohan kita.

3.Kompetensi bawah sadar
        Tahu bahwa ia tahu. Tahap seorang yang sedang melakukan sesuatu dan bahkan mungkin tidak tahu bagaimana ia melakukan hal tersebut secara terperinci. Karena ia telah membangun pengalaman dan mencapai kompetensi bawah sadar itu selama beberapa tahun.

4.Kompetensi sadar
        Tahu bahwa ia tidak tahu. Ketika kita mulai memiliki keahlian atas sebuah subjek, tetapi tindakan kita belum berjalan otomatis. Pada belajar yang ini, kita harus melaksanakan semua tindakan dalam level sadar. Pada tahap ini, reaksi kita jauh lebih lamban ketimbang reaksi para pakar.
         Dalam belajar kita juga harus memperhatikan bagaimana cara pembelajaran yang cocok untuk kita agar dapat memaksimalkan upaya dan hasil yang akan didapat. Pembelajaran ialah proses atau cara untuk menjadikan orang untuk belajar, yang bersifat teoritis dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan seorang pendidik agar dapat proses pengambilan ilmu dan pengetahuan.
         Aspek kunci dari suatu pembelajaran berupa konseptual. Karna tujuan dari pembelajaran berupa membantu untuk memahami konsep dalam suatu subjek, dan bukan hanya mengingatkan fakta yang terpisah. Karna konsep itu sendiri berupa bagian utama dari pemikiran. Konsep itu sendiri berupa kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum. Dalam konsep menekankan fleksibelitas untuk mengingat hal yang ingin kita ingat dan pahami secara seutuhnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Sehingga membantu proses mengingat menjadi lebih efisien untuk dilakukan oleh tiap-tiap individu. Beberapa konsep juga ada yang sangat kompleks, membingungkan, dan bersifat abstrak.
         Aspek penting dari pembentukan atau formasi konsep adalah mempelajari cirri utamanya, atributnya, atau karakteristiknya. Ini adalah elemen defenisi suatu konsep, dimensi yang membuatnya berbeda dari konsep lain. Seperti konsep buku  yang ciri utamanya adalah lembaran kertas yang berjumlah banyak lalu dijilid menjadi satu lalu memiliki susunanan tersendiri. Adapan strategi contoh aturan untuk mengetahui cara yang efekti dilakukan. Strategi ini terdiri dari 4 langkah, yaitu:
1.Mendefenisikan konsep.
2.Jelaskan istilah-istilah dalam defenisi konsep
3.Beri contoh untuk mengilustrasikan cirri utamanya
4.Member contoh tambahan

         Dalam sebuah konsep terdapat juga peta konsep yang berupa presentasi visual dari koneksi konsep dan organisasi hierarkis konsep. Peta konsep juga memungkinkan memuat konsep dalam kategori superordinat dan mencakup contoh yang termasuk di dalamnya dan contoh yang bukan  termasuk di dalamnya.
         Jadi dalam suatu pembelajaran alangkah baiknya kita mengetahui konsep yang akan kita pilih agar usaha kita dapat maksimal dan mendapat hasil yang maksimal juga, karna setiap indivudu mengharapkan mendapat yang terbaik sesuai dengan usahanya. Dalam konsep belajar kita dituntut untuk memahami dan mengetahui suatu hal yang ingin kita ketahui secara mendasar kemudian ke khusus, dan kita harus dalam mengambil garis-garis besar dan intinya agar kita dapat lebih memahamai hal tersebut. Karna akan lebih mudah kita mengingat intinya dari pada semua defenisi karna kita akan lebih mengerti jika mengingat kata kuncinya lalu dikembangkan sendiri sesuai dengan kebenarannya.
            Janga hanya menghafal tapi kita juga harus memahami apa yang kita hafal tersebut agar dapat kita aplikasikan dalam aspek apapun sesuai dengan hal yang kita ketahui tersebut. Mengingat dan memahami harus beriringan agar menjadi kombinasi yang baik sesui dengan konsep yang kita pilih di awal.

Selasa, 04 Maret 2014

Distorsi Waktu




Waktu, selalu menjadi perbincangan yang menarik. Sudah banyak penelitian yang dilakukan mengenai waktu. Sudah banyak buku dan sudah banyak film yang dibuat karena terinspirasi oleh waktu. Kitab Suci pun memiliki banyak isyarat mengenai waktu.
Berdasarkan perhitungan tahun matahari, satu hari terdiri dari 24 jam, mulai pukul 00.00 sampai pukul 24.00. Semua orang memiliki waktu yang sama. Namun tidak semua orang memiliki kualitas waktu yang sama. Ada orang yang kekurangan waktu, ada juga yang memiliki waktu yang lapang.
Waktu juga merupakan hasil dari persepsi. Waktu itu relatif, kata Albert Einstein, tergantung apa perbandingannya. Kita mengorganisasikan waktu di pikiran kita. Itulah sebabnya kenapa waktu nyata 1 jam bisa dirasakan secara berbeda oleh masing-masing orang. Hal ini disebut dengan distorsi waktu.
Distorsi waktu adalah salah satu fenomena hipnosis (hypnotic phenomena). Itu berarti jika Anda sedang mengalami distorsi waktu, maka Anda sedang mengalami atau berada dalam kondisi hypnosis (hypnotic state). Coba Anda cermati poin-poin berikut ini, manakah yang pernah Anda alami?
  1. Keasyikan bermain game, sampai lupa waktu.
  2. Keasyikan bekerja sampai lupa waktu makan siang.
  3. Keasyikan berpacaran, tahu-tahu sudah tengah malam.
  4. Keasyikan berbicara di telepon, tak terasa sudah berjam-jam.
  5. Keasyikan mengajar, tahu-tahu sudah kehabisan waktu.
  6. Keasyikan melakukan suatu aktivitas, pengennya sebentar, tapi sudah melebihi waktu.
  7. Liburan yang terasa singkat.
  8. Menunggu sebentar, terasa lamaaaa sekali.
  9. Menunggu antrean, sebentar tapi terasa lama.
  10. Tidur cuma sebentar, tapi sudah terasa lama, atau sebaliknya.
  11. Mengalami peristiwa atau pekerjaan yang seolah tak kunjung selesai.
  12. Mengalami perjalanan yang sangat sebentar, atau bahkan terasa tak kunjung sampai.
  13. Seolah tak pernah memiliki waktu.
  14. Seolah kembali ke masa lalu.
  15. Seolah berada di masa depan.
  16. Dan sebagainya.
Distorsi waktu adalah hal yang alami terjadi. Bukan waktu nyatanya yang berkurang atau bertambah, namun persepsi kita terhadap waktu itu yang membuat waktu terasa cepat atau terasa lambat. Saat kita asyik, waktu terasa cepat berlalu. Saat kita tidak menikmati, waktu terasa lambat berjalan. Distorsi waktu dibagi menjadi dua:
  1. Waktu terasa cepat (Time Contraction)
  2. Waktu terasa lambat (Time Expansion)
Manfaat distorsi waktu dalam hipnosis
Berdasarkan cara kerja distorsi waktu, yaitu persepsi individu terhadap waktu, membuat waktu terasa lebih cepat atau lebih lambat, maka distorsi waktu dengan menggunakan hypnosis dapat dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan, diantaranya:
  1. Melatih sebuah keterampilan baru dan menguasai keterampilan dengan lebih cepat.
  2. Belajar dengan lebih baik walaupun cuma sebentar.
  3. Meningkatkan prestasi olah raga dengan latihan lebih cepat, meningkatkan respon dan bergerak lebih cepat.
  4. Meningkatkan kecepatan reflex.
  5. Bekerja lebih cepat tanpa harus terburu-buru.
  6. Meningkatkan kualitas istirahat.
  7. Mempercepat durasi rasa sakit dan memperlambat rentang timbulnya rasa sakit.
  8. Dan lain sebagainya, sesuai dengan prinsip kerja distorsi waktu
Bisa dibayangkan, umur rata-rata manusia saat ini sekitar 60-70 tahun, tetapi terasa seperti sehari atau setengah hari saja! Ini distorsi waktu yang sangat hebat! Apakah mungkin karena kita terlalu asyik atau sibuk dengan kehidupan dunia?