ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak berkebutuhan khusus memiliki penanganan yang
khusus pula, begitu juga sekolah yang mereka butuhkan. Dan tiap-tiap sekolah
itu juga dikelompokkan menjadi beberapa Sekolah Luar Biasa, yaitu:
SLB-A (Tuna Netra)
Tunanetra adalah istilah umum
yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan
dalam indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya Tunanetra dibagi
dua yaitu buta total (total blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan
(Low Visioan). Alat bantu untuk mobilitasnya bagi tuna netra dengan
menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna putih dengan ada garis merah horizontal. Akibat hilang/berkurangnya fungsi indra
penglihatannya maka tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang
lainnya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya sehingga
tidak sedikit penyandang tunanetra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya
di bidang musik atau ilmu pengetahuan.
A. Metode Pengajaran
1. Metode Ceramah
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena dalam
pelaksanaan metode ini guru menyampaikan materi pelajaran dengan penjelasan
lisan dan siswa mendengar penyampaian materi dari guru.
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena metode
ini merupakan tambahan dari metode ceramah yang menggunakan indera pendengaran.
3. Metode Diskusi
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena mereka
dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi itu karena dalam metode
diskusi kemampuan daya pikir siswa untuk memecahkan suatu persoalan lebih
diutamakan. Dan metode ini bisa diikuti tanpa menggunakan indera penglihatan.
B. Fasilitas
Alat bantu menulis huruf Braille (Reglette, Pen
dan mesin ketik Braille); alat bantu membaca huruf Braille (Papan huruf dan
Optacon); alat bantu berhitung (Cubaritma, Abacus/Sempoa, Speech Calculator),
serta alat bantu yang bersifat audio seperti tape-recorder. Guru yang mengajar
di sekolah tersebut juga merupakan guru yang telah diberikan pelatihan khusus
untuk menangani anak tunanetra.
C. Mekanisme Pengajaran
Waktu belajar yang diterapkan dalam 1 mata
pelajaran adalah 40 menit dan waktu istirahat selama 15 menit.
D. Tujuan Pembelajaran
· Menjadikan murid lebih terampil dalam membuat
sesuatu.
· Menjadikan murid lebih mandiri dalam menghadapi
suatu permasalahan.
· Diharapkan murid lebih dapat bersosialisasi
terhadap lingkungan di sekitarnya.
E. Manajemen Kelas
Gaya penataan kelas yang digunakan dalam sekolah
ini adalah gaya seminar atau bentuk U karena guru dapat duduk di tengah-tengah
murid dan dapat berinteraksi langsung dengan murid dengan cara duduk berhadapan
dengan murid. Gaya manajemen kelas yang diterapkan adalah gaya manajemen kelas
otoritatif karena gurulah yang mengontrol langsung materi yang diberikan dalam
kegiatan belajar mengajar dan perilaku murid.
SLB-B (Tuna Rungu)
Tuna rungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu
berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tuna rungu
memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu
menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara
internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.
saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal,
bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam
memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
A. Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang paling tepat untuk
digunakan di sekolah SLB B adalah TCL (teacher centered learning). Dan memilih
menggunakan metode ini karena anak-anak yang memiliki kekurangan mental apabila
kita membiarkan dan menyuruhnya belajar secara mandiri maka yang terjadi
adalah anak tersebut akan bermain-main dengan temannya. Dengan pembelajaran
yang berpusat pada guru maka murid yang memiliki kekurangan tadi dapat di bimbing
oleh guru dalam melaksanankan pembelajaran di kelas. Selanjutnya guru tinggal
fokus pada perilaku murid, mengarahkan para murid. Yang dimaksud dengan
mengarahkan adalah memberireward kepada anak yang melakukan suatu kebaikan
dan memberikan punishment kepada murid ketika dia melakukan sesuatu
yang buruk.
B. Fasilitas
Fasilitas yang sesuai dengan permediknas tahun
2008 tentang sarana dan pra sarana SLB yang berkategori SLB-B yaitu:
1. Ruang bina komunikasi dan persepsi bunyi dan irama
2. Ruang bina persepsi bunyi dan bicara
3. Ruang keterampilan
Dan beberapa fasilitas tambahan yang disediakan adalah:
1. Ruang kelas
2. Gedung sekolah yang dapat digunakan sebagai pusat pembelajaran
Selain itu saya juga akan menyediakan alat bantu yang daoat
digunakan anak tuna rungu, seperti:
1. Audiometer :
Alat ini untuk mengukur taraf kehilangan pendengaran seseorang
2. Hearing Aids : Alat
ini diguakan anak tuna rungu untuk medengar,baik secara
individu maupun kelompok
3. Tape Recorder : Mengontrol
hasil ucapan yang direkam
4. Spatel :
Alat bantu untuk membetulkan posisi bicara
5. Audio Visual :
Audio visual seperti film, video, televisi
6. Cermin :
Digunakan sebagai alat bantu dalam mengucapkan sesuatu
dengan artikulasi yag baik.
C. Mekanisme Pembelajaran
Pada dasarnya pendidikan anak tuna rungu dibagi
dua yaitu:
1. Segregrasi
2. Integrasi
D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari pembelajaran di sekolah saya adalah:
1. Membantu anak tuna rungu dalam mengembangkan kemampuan mereka
2. Membantu tuna rungu agar tidak tertinggal
3. Memberi mereka kesempatan dalam berkarya
4. Membantu memulihkan pendengaran mereka menggunakan fasilitas yang
ada
5. Memberi tahu mereka bahwa mereka tidak sendiri dan mereka memiliki
teman
6. Mengajarkan mereka tentang kehidupan
7. Memberi mereka pengetahuan yang dapat digunakan untuk masa depan
mereka
8. Memotivasi mereka agar selalu bersemangat dalam menjalani hidup
E. Manajemen Kelas
Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan
kesempatan pembelajaran murid (Charles,2002;Everstone, Emmer, & Worsham,
2003). Jadi saya akan menggunakan manajemen kelas yang se efektif mungkin,
mungin dengan cara memperkejakan seorang guru yang membimbing dan menata
kegiatan kelas bukan guru yang hanya menekankan pada disiplin. Dan untuk
selanjutnya saya akan mendesain lingkungan fisik kelas. Ada beberapa hal yang
akan saya perhatikan dalam mendesain lingkingan fisik kelas, yaitu:
1. Mengurangi kepadatan di tempat lalu lalang
2. Memastikan guru dapat mlihat semua murid
3. Materi pengajaran dan pembelajaran murid mudah di akses
4. Murid harus bisa melihat guru yang menjelaskan pelajaran di depan
kelas
Dan gaya penataan kelas yang saya gunakan di
dalam kelas adalah gaya auditorium. Saya memilih gaya ini karena penataan
ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Ini
akan membantu guru dalam mengawasi seluru kelas. Dan untuk selanjutnya
saya akan berusaha menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran.
Caranya adalah saya akan menjelaskan beberapa hal kepada murid sebelum
pelajaran di mulai, yaitu:
1. Mengajarkan aturan dan prosedur
2. Menjalin hubungan yang positif dengan murid
3. Mengajak murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab
4. Memberi hadiah pada perilaku yang tepat
SLB-C (Tuna Graghita)
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata
dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul
dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan
pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
A. Metode Pengajaran
Untuk anak SLB-C atau mampu didik metode
pengajaran yang dapat digunakan adalah metode ceramah oleh guru seperti pada
tingkat Sekolah Dasar lainnya. Dalam hal ini guru menerangkan materi yang
diajarkan. Setelah itu guru dapat melakukan tanya jawab dengan murid sehingga
murid lebih mampu untuk mengerti apa yang diajarkan. Guru juga bisa menggunakan
alat peraga untuk beberapa pelajaran agar anak lebih tertarik untuk belajar dan
mampu untuk mengingat lebih baik materi pembelajarannya. Setiap minggunya juga
dapat dibuat pelaporan kinerja sehingga guru dapat mengetahui perkembangan anak
secara baik juga memberikan reward bagi anak yang berkembang dengan baik dan
disiplin dalam kelas.
B. Fasilitas
· Menyediakan guru-guru yang berkualitas yang
mengerti tentang Anak Berkebutuhan Khusus dan memiliki pengalaman yang baik di
bidang ini.
· Menyediakan buku-buku yang berkualitas dan
sesuai bagi peserta didik pada tingkatannya masing-masing.
· Menyediakan ruang kelas yang nyaman dan aman
untuk kegiatan belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung
dengan baik.
· Menyediakan alat peraga yang menunjang pada
kegiatan belajar mengajar.
· Menyediakan tempat bermain dan taman yang baik
dan aman untuk peserta didik.
C. Mekanisme Pengajaran
Mekanisme pengajaran yang dapat diterapkan bisa
sama dengan anak Sekolah Dasar pada umumnya. Bisa digunakan waktu 30-35 menit
untuk setiap mata pelajarannya. Yaitu dengan 20 menit ceramah oleh guru dan 10
menit tanya jawab dengan siswa.
D. Tujuan Pembelajaran
Mengembangkan kemampuan
akademik peserta didik secara optimal agar dapat mandiri dalam kehidupan dan menyiapkan peserta didik
agar memiliki dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan, keperibadian, serta akhlak yang mulia. Membekali
peserta didik untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih lanjut dan menyiapkan peserta didik agar
dapat bersosialisasi di masyarakat.
E. Manajemen Kelas
Gaya Penataan
Dapat digunakan gaya seminar yaitu gaya susunan
kelas dimana sejumlah besar murid duduk berbentuk lingkaran, persegi, atau
bentuk U. Pada gaya ini guru akan lebih mudah untuk menjangkau murid-muridnya
sehingga guru lebih mudah mengetahui apa yang dilakukan murid dan mengetahui
apakah murid sudah mengerti atau tidak.
Strategi Umum
Dapat digunakan gaya otoritatif yaitu melibatkan
murid dalam kerja sama give and take dan menunjukkan sikap perhatian kepada
mereka. Sehingga mereka mampu untuk berkerja sama dengan teman, tidak cepat
puas, dan berusaha mencapai penghargaan tertinggi.
SLB-D (Tuna Daksa)
Tunadaksa adalah individu yang
memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan
yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih
dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik
dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan
total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
A. Metode Pengajaran
Ceramah
Diskusi Berkelompok
Praktek (Dalam pengajaran kegiatan agar lebih mandiri dalam
kegiatan sehari-hari).
B. Fasilitas
Pengajar/Pembina, Psikolog dan Dokter khusus
untuk menjamin perkembangan anak.
Gedung dan Ruang yang dikhususkan untuk keperluan anak tuna daksa.
(Contoh: Terdapat tangga yang rata tanpa anak tangga yang
dikhususkan untuk memudahkan siswa yang memakai kursi
roda, atau wastafel rendah agar mereka tidak perlu dibantu berdiri untuk
mencuci tangan.)
Komputer, Alat olahraga, UKS yang lengkap.
C. Mekanisme
Pembelajaran
Pertemuan dilakukan 5 hari aktif untuk pelajaran
akademis / pelatihan berkegiatan untuk mandiri dan 1 hari untuk
ekstrakulikuler. Dalam sehari pertemuan diadakan 14 jam dengang istirahat
2x30 menit setiap pertemuannya. Setiap mata pelajaran berlaku
45menit/pertemuan.
Proses belajar mengajar dimulai dengan; ceramah 30 menit,
berdiskusi sekelompok 60 menit, praktek (jika diperlukan).
D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum:
Meningkatkan status kesehatan dan mengurangi tingkat
ketergantungan anak penyandang cacat di SLB.
Tujuan Khusus:
1. Meningkatnya kemampuan tenaga kesehatan di puskesmas dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan anak penyandang cacat di SLB.
2. Memberi makna bahwa mereka dapat belajar apa yang anak normal
lain dapat pelajari (khususnya dalam hal akademis dan bakat).
E. Manajemen Kelas
Setiap kelas berisi 7-12 anak.
Setiap kelas didampingi 2-3 pengajar (diharapkan 1
pengajar/pembina memegang 3-4 anak)
SLB-E (Tuna Laras)
Tuna laras
adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol
sosial. individu tuna laras biasanya
menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang
berlaku disekitarnya. Tuna laras
dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh
dari lingkungan sekitar.
A. Metode Pengajaran
Metode Pengajaran menggunakan Teacher Centered
Learning (TCL) dikarenakan butuh control dari pengajar agar tidak terjadi
kecelakaan akibat keterbatasan atau kekurangan pengendalian emosi.
B. Fasilitas
Pengawas pembelajaran dimana di setiap proses
belajar mengajar ada pengawas yang menjadi control kelas penjauhan dari
fasilitas benda-benda yang dapat melukai. Misal: benda tajam, kursi diganti
dengan karpet, psikolog yang mampu sebagai monitoring emosi atau therapy
penenang, fasilitas medis untuk mengatasi hal-hal yang berkenaan dengan
medis.Penggunaan slide dan infokus serta hal-hal yang tidak impulsive agar
tidak mendis kombabulasikan emosi
C. Mekanisme Pengajaran
Pengajar memberikan materi yang berkenaan dengan
kognisi dan intelegensi anak-anak tuna Laras. Pengajar diberikan training oleh
psikolog mengenai cara mengatasi ABK. Lalu setiap bahan pengajaran diberikan
feedback kepada anak ABK seminim mungkin dan senyaman mungkin bagi mereka
D. Tujuan Pembelajaran
Untuk membantu akademis dan kesejahteraan
anak-anak ABK terutama penyandang tuna Laras agar bisa bercampur dengan
masyarakat di masa depan dan terjamin masa depan yang lebih baik.
E. Manajemen Kelas
Manajemen kelas menggunakan kelas kluster dan auditorium,
disesuaikan dengan kondisi kelas. Waktu 5 hari dalam seminggu sebagai insentif
kenyamanan penyandang tuna Laras. Tempat akan di pisahkan dalam kelas tertentu
menurut dari kemampuan kestabilan emosi dan akademis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar